18 November 2009

Cara Meraih Sholat Khusyu

Cara Meraih Sholat Khusyu’

Langkah 1 : Mulailah berdiri tegak menghadap kiblat (termasuk jari-jari kaki) dan siapkan hati dan pikiran untuk menghadap Allah kemudian berniatlah di dalam hati.

”Semua amal tergantung niatnya dan setiap orang akan mendapatkan (balasan) sesuai dengan niatnya”. (HR. Bukhari, Muslim, dan lain-lain)

Langkah 2 : Setelah hati dan pikiran mantap untuk menghadap Allah maka perlahan-lahan angkatlah kedua tapak tangan sejajar bahu atau telinga sambil mulut dan hati mengucapkan “Allahu Akbar”, kemudian fahamilah maknanya dalam hati “Ya Allah hanya Engkau yang Maha Besar”.

Catatan : Berusahalah melakukan semua gerakan dengan tenang dan sempurna sesuai dengan tuntunan Rasulullah :

Ketenangan datang dari Allah sedangkan ketergesa-gesaan datang dari syeitan” (HR. Tirmidzi)
“Sholatlah kalian (persis) seperti kalian melihat aku sholat” (HR. Bukhari, Muslim dan Ahmad)

Langkah 3 : Setelah takbir selesai, turunkanlah perlahan-lahan kedua tangan dan sedekapkan ke dada dengan menggenggam pergelangan tangan kiri dengan kelingking, jari manis, jari tengah, dan ibu jari tangan kanan serta mengulurkan telunjuknya di atas tangan kiri (atau menggenggamkan seluruh jari tangan kanan ke pergelangan tangan kiri).

Bacalah do’a iftitah dengan penuh pemahaman seolah-olah kita sedang menghadapkan wajah (diri) kita kepada Allah, Tuhan semesata alam.

“wajjahtu wajhiya - lilladzii - fathoros samaawaati wal ardh - haniifam muslimaa - wamaa ana minal musyrikiin” (“Ya Allah, aku hadapkan wajahku kepada-Mu, Engkau pencipta langit dan bumi, dengan lurus dan berserah diri kepada-Mu, bukanlah aku termasuk orang-orang yang musyrik”)

“Inna sholatii - wa nusukii - wa mahyaaya - wa mamaatii - lillahi Rabbil ‘Aalamiin”. (“Ya Allah, Sesungguhnya sholatku, seluruh ibadahku, seluruh hidupku dan matiku hanyalah untuk Engkau Ya Allah, Wahai Tuhan semesta alam”).

“Laa syariika lahu wa bidzaalika umirtu wa ana minal muslimiin”. (“Ya Allah tiada syarikat bagi-Mu, demikianlah aku diperintahkan dan aku termasuk orang-orang yang berserah diri kepada-Mu”).

Keterangan : Terjemahan yang berada didalam kurung digaungkan dalam hati dan boleh juga membaca doa iftitah yang lain

Langkah 4 : Bacalah Surah Al-Fatihah dengan perlahan-lahan resapilah maknanya dengan penuh penghayatan karena surat ini berisi pujian, janji dan permohonan kepada Allah.

”A’udzubillahi - minasy syaithonir rajiim” (“Aku memohon perlindungan kepada-Mu Ya Allah dari godaan syeitan yang terkutuk”).

“Bismillahir rahmaanir rahim” (“Dengan menyebut nama-Mu Ya Allah, Engkau Maha Pengasih lagi Maha Penyayang”).

“Alhamdu lillaahi Rabbil ‘alamiin” (“Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam’).

“Ar-Rahmaanir Ar-Rahim” (“Ya Allah, Engkau Maha Pengasih lagi Maha Penyayang”).

“Maaliki yaumid diin” (“Ya Allah Engkaulah Penguasa Hari Pembalasan”).

“Iyyaaka na’budu wa iyyaaka nasta’iin”(“Ya Allah, hanya kepada-Mulah kami mengabdi dan beribadah dan hanya kepada-Mu pula kami memohon pertolongan dan perlindungan”).

“Ihdinash shiroothol mustaqiim. Shiroothol ladziina an’amta ‘alaihim, ghairil maghdhubi ‘alaihim wa ladh dhoolliin” (“Ya Allah, tunjukilah dan tetapkanlah kami pada jalan-Mu yang lurus dan benar. Jalan yang dilalui oleh orang-orang yang telah Engkau berikan nikmat kepada mereka, bukan jalan mereka yang dimurkai dan bukan pula jalan orang-orang yang sesat”).

“Aamiin” (“Ya Allah kabulkanlah permintaan dan do’a kami”).

Langkah 5 : Kemudian bacalah salah satu surat dari Al-Qur’an yang anda hafal dan lebih baik lagi yang anda dapat fahami maknanya.

Langkah 6 : Lakukanlah gerakan ruku’ dengan sempurna, bacalah dengan perlahan-lahan doa ruku’ ‘Subhaana Rabbiyal ’adzim’. Kemudian berhentilah sejenak untuk memahami maknanya (“Maha Suci Engkau Ya Allah, Tuhanku Yang Maha Agung”)..

Luruskan punggung dan kedua tangan dengan menekankan dan mencengkramkan telapak tangan pada lutut dengan jari-jari yang terbuka

Langkah 7 : Lakukanlah i’tidal yaitu berdiri tegak dengan meletakkan kedua tangan di samping tubuh sambil membaca “sami’allahu liman hamidah”.

Kemudian bacalah dengan perlahan-lahan ‘Rabbana walakalhamdu mil’ussamawati wal ardhi wamil’u maa syi’ta min syai’in ba’du’. Lalu pahamilah maknanya (“Ya Allah Ya Tuhan kami bagi-Mulah segala puji meliputi langit dan bumi dan meliputi apa-apa yang Engkau kehendaki setelah itu”).

Langkah 8 : Lakukanlah gerakan sujud dengan sempurna, lalu bacalah dengan perlahan-lahan doa sujud ‘Subhaana Rabbiyal ’a’laa’. Kemudian fahamilah maknanya di dalam hati (“Maha Suci Engkau Ya Allah, Tuhanku Yang Maha Tinggi”).

Letakkan kening & puncak hidung, telapak tangan, lutut dan jari-jari kaki ke tanah dengan meluruskan punggung dan menghadapkan jari-jari tangan dan kaki ke arah kiblat

Langkah 9 : Lakukanlah duduk diantara dua sujud, lalu bacalah dengan perlahan-lahan doanya ‘Rabbighfir lii warhamnii wajburnii warfa’nii warzuqnii wahdinii wa’aafinii’ . Kemudian fahamilah maknanya (“Ya Allah, Ya Tuhanku ampunilah aku, rahmatilah aku, tutuplah aibku, angkatlah derajatku berilah rezeki kepadaku, tunjuki aku dan sehatkanlah aku”).

Duduk dengan menduduki kaki kiri sedangkan kaki kanan tegak dengan jari-jari menghadap kiblat, serta punggung tegak dan kedua tangan diletak-kan di atas paha.

Langkah 10 : Lakukanlah kembali sujud yang kedua, lalu bacalah dengan perlahan-lahan doa sujud ‘Subhaana Rabbiyal ’a’laa’. Kemudian fahamilah maknanya di dalam hati (“Maha Suci Engkau Ya Allah, Tuhanku Yang Maha Tinggi”).

Setelah membaca doa sujud, berdoalah kepada Allah dengan doa apa saja yang anda hafal dari Al-Qur’an dan hadits!!! Jika anda tidak hafal doa-doa tersebut, silahkan berdoa apa saja di dalam hati anda dengan bahasa apa saja yang anda fahami.

Langkah 11 : Berdirilah kembali seperti semula dengan tangan bersedekap di dada untuk melakukan raka’at yang kedua. Kemudian bacalah kembali surat Al-Fatihah dengan penuh pemahaman dan penghayatan atas makna-maknanya (Baca : 1. Berdiri - bersidekap).

Kemudian bacalah salah satu surat dari Al-Qur’an yang anda hafal dan lebih baik lagi yang anda faham maknanya

Kemudian lakukanlah rukuk, i’tidal, sujud, duduk diantara dua sujud dan sujud kedua seperti diuraikan pada awal tulisan ini.

Langkah 12 : Pada rakaat kedua ini, setelah melakukan sujud yang kedua tidak langsung berdiri, namun lakukanlah duduk tahiyat awal seperti duduk diantara sujud kecuali tangan kanannya saja yang berbeda yaitu semua jari mengepal kecuali telunjuk dijulurkan. lalu bacalah dengan perlahan-lahan doanya dengan penuh pemahaman dan penghayatan atas makna-maknanya

Bacaan tahiyat awal : Attahiyyatul Mubarakaatush sholawaatuth thayyibatu lillaah, Assalaamu’alaika ayyuhan nabiyyu warahmatullaahi wabarakaatuh, Assalaamu’alaina wa’alaa ‘ibaadillaahish shoolihiin. Asyhadu allaa ilaaha illallaah, Waasyhadu anna Muhammadan rasuulullaah. Allahhumma sholli ‘alaa Muhammad wa ‘ala aali Muhammad”

Artinya:
“Ya Allah, segala penghormatan, keberkahan, sholawat dan kebaikan hanya milik-Mu ya Allah,- Wahai Nabi selamat sejahatera semoga tercurah kepada Engkau wahai Nabi Muhamma, - semoga juga Rahmat Allah dan Berkah-Nya pun tercurah kepadamu wahai Nabii,- Semoga salam sejahtera tercurah kepada kami dan hamba-hamba-Mu yang sholeh. - Ya Allah aku bersumpah dan berjanji bahwa tiada ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Engkau ya Allah, dan aku bersumpah dan berjanji sesungguhnya Nabi Muhammad adalah utusan-Mu Ya Allah. - Ya Allah, limpahkan shalawat-Mu kepada Nabi Muhammad dan limpahkan juga shalawat kepada keluarga Nabi Muhammad”

Langkah 13: jika anda sholat yang ada rakaat ketiganya, maka berdirilah kembali seperti semula dengan tangan bersedekap di dada dan membaca kembali surat Al-Fatihah tanpa perlu membaca surah Alqur’an kembali. Kemudian lakukanlah rukuk, i’tidal, sujud, duduk diantara dua sujud dan sujud kedua seperti tertulis di depan. Jika ini sholat maghrib, maka pada rokaat ketiga ini anda kemudian melakukan duduk tahiyat akhir. Tetapi jika ini merupakan sholat yang rokaatnya 4, maka ulangi lagi langkah ke-13 ini, baru kemudian melakukan duduk tahiyat akhir.

Melakukan duduk tahiyat akhir seperti duduk tahiyat awal kecuali kaki kiri saja yang berbeda yaitu tidak diduduki tapi dimasukkan ke bawah kaki kanan. Lalu bacalah dengan perlahan-lahan doanya dengan penuh pemahaman dan penghayatan atas makna-maknanya.

Bacaan tahiyat akhir : Setelah baca seperti tahiyat awal dilanjutkan dengan “…. kamaa sholaita ‘ala Ibrahiim wa ‘ala aali Ibrahiim, wa baarik ‘ala Muhammad wa ‘ala aali Muhammad, kamaa baarakta ‘ala Ibrahiim wa ‘ala aali Ibrahiim, innaka hamiidum majiid.”

Artinya:
“…sebagaimana Engkau telah limpahkan shalawat kepada Nabi Ibrahim dan juga kepada keluarga Nabi Ibrahim, dan berkatilah Ya Allah Nabi Muhammad dan berkatilah juga keluarga Nabi Muhammad, sebagaimana Engkau telah memberkati Nabi Ibrahim dan juga kepada keluarga Nabi Ibrahim, Sesungguhnya Engkau Ya Allah Maha Terpuji lagi Maha Mulia.”

Langkah 14 : Melakukan gerakan salam, yaitu dengan cara menengokkan wajah ke kanan sampai pipi kita dapat terlihat oleh orang di belakang kita, sambil mengucapkan “Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh” yang artinya “Keselamatan bagi engkau, beserta rahmat dan barokah dari Allah”, kemudian diikuti dengan menengokkan wajah ke kiri dengan mengucapkan kalimat salam seperti di atas sekali lagi.

Catatan : Lakukanlah semua ini dengan tertib, sebagaimana hadits nabi : “Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihatku shalat.” (HR. Al-Bukhari). Maka apabila seseorang menyalahi urutan rukun shalat sebagaimana yang sudah ditetapkan oleh Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam, seperti mendahulukan yang semestinya diakhirkan atau sebaliknya, maka batallah shalatnya.

Sumber : gerakansholat.wordpress.com/

24 June 2009

Pengertian

Pengertian al-Qur'an

Secara Bahasa (Etimologi)

Merupakan mashdar (kata benda) dari kata kerja Qoro-’a (قرأ) yang bermakna Talaa (تلا) [keduanya berarti: membaca], atau bermakna Jama’a (mengumpulkan, mengoleksi). Anda dapat menuturkan, Qoro-’a Qor’an Wa Qur’aanan (قرأ قرءا وقرآنا) sama seperti anda menuturkan, Ghofaro Ghafran Wa Qhufroonan (غفر غفرا وغفرانا). Berdasarkan makna pertama (Yakni: Talaa) maka ia adalah mashdar (kata benda) yang semakna dengan Ism Maf’uul, artinya Matluw (yang dibaca). Sedangkan berdasarkan makna kedua (Yakni: Jama’a) maka ia adalah mashdar dari Ism Faa’il, artinya Jaami’ (Pengumpul, Pengoleksi) karena ia mengumpulkan/mengoleksi berita-berita dan hukum-hukum.*

Secara Syari’at (Terminologi)

Adalah Kalam Allah ta’ala yang diturunkan kepada Rasul dan penutup para Nabi-Nya, Muhammad shallallaahu ‘alaihi wasallam, diawali dengan surat al-Fatihah dan diakhiri dengan surat an-Naas.

Allah ta’ala berfirman, “Sesungguhnya Kami telah menurunkan al-Qur’an kepadamu (hai Muhammad) dengan berangsur-angsur.” (al-Insaan:23)

Dan firman-Nya, “Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa al-Qur’an dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya.” (Yusuf:2)

Allah ta’ala telah menjaga al-Qur’an yang agung ini dari upaya merubah, menambah, mengurangi atau pun menggantikannya. Dia ta’ala telah menjamin akan menjaganya sebagaimana dalam firman-Nya, “Sesunggunya Kami-lah yang menunkan al-Qur’an dan sesungguhnya Kami benr-benar memeliharanya.” (al-Hijr:9)

Oleh karena itu, selama berabad-abad telah berlangsung namun tidak satu pun musuh-musuh Allah yang berupaya untuk merubah isinya, menambah, mengurangi atau pun menggantinya. Allah SWT pasti menghancurkan tabirnya dan membuka kedoknya.

Allah ta’ala menyebut al-Qur’an dengan sebutan yang banyak sekali, yang menunjukkan keagungan, keberkahan, pengaruhnya dan universalitasnya serta menunjukkan bahwa ia adalah pemutus bagi kitab-kitab terdahulu sebelumnya.

Allah ta’ala berfirman, “Dan sesunguhnya Kami telah berikan kepadamu tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang dan al-Qur’an yang agung.” (al-Hijr:87)

Dan firman-Nya, “Qaaf, Demi al-Quran yang sangat mulia.” (Qaaf:1)

Dan firman-Nya, “Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran.” (Shaad:29)

Dan firman-Nya, “Dan al-Qur’an itu adalah kitab yang Kami turunkan yang diberkati, maka iktuilah dia dan bertakwalah agar kamu diberi rahmat.” (al-An’am:155)

Dan firman-Nya, “Sesungguhnya al-Qur’an ini adalah bacaan yang sangat mulia.” (al-Waqi’ah:77)

Dan firman-Nya, “Sesungguhnya al-Qur’an ini memberikan petunjuk kepada (jalan ) yang lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu’min yang menjajakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang benar.” (al-Isra’:9)

Dan firman-Nya, “Kalau sekiranya kami menurunkan al-Qur’an ini kepada sebuah gunung, pasti kamu kaan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan takut kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berfikir.” (al-Hasyr:21)

Dan firman-Nya, “Dan apabila diturunkan suatu surat, mka di antara mereak (orang-orang munafik) ada yang berkata, ‘Siapakah di antara kamu yang bertambah imannya dengan (turunnya) surat ini.? ‘ Adapun orang-orang yang berimana, maka surat ini menambah imannya sedang mereka merasa gembira # Dan adapun orang-orang yang di dalam hati mereka ada penyakit, maka dengan surat ini bertambah kekafiran mereka, di samping kekafirannya (yang telah ada) dan mereka mati dalam keadaan kafir.” (at-Taubah:124-125)

Dan firman-Nya, “Dan al-Qur’an ini diwahyukan kepadaku supaya dengannya aku memberi peringatan kepadamu dan kepada orang-orang yang sampai al-Qur’an (kepadanya)…” (al-An’am:19)

Dan firman-Nya, “Maka janganlah kamu mengikuti orang-orang kafir, dan berjihadlah terhadap mereka dengan al-Qur’an dengan jihad yang benar.” (al-Furqan:52)

Dan firman-Nya, “Dan Kami turunkan kepadamu al-Kitab (al-Qur’an) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri.” (an-Nahl:89)

Dan firman-Nya, “Dan Kami telah turunkan kepadamu al-Qur’an dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian* terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan…” (al-Maa’idah:48)

Al-Qur’an al-Karim merupakan sumber syari’at Islam yang karenanya Muhammad shallallaahu ‘alaihi wasallam diutus kepada seluruh umat manusia. Allah ta’ala berfirman,

Dan firman-Nya, “Maha suci Allah yang telah menurunkan al-Furqaan (al-Qur’an) kepada hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam (jin dan manusia).” (al-Furqaan:1)

Sedangkan Sunnah Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam juga merupakan sumber Tasyri’ (legislasi hukum Islam) sebagaimana yang dikukuhkan oleh al-Qur’an. Allah ta’ala berfirman, “Barangsiapa yang menta’ati Rasul itu, sesungguhnya ia telah menta’ati Allah. Dan barangsiapa yang berpaling (dari keta’atan itu), maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka.” (an-Nisa’:80)

Dan firman-Nya, “Dan barangsiapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya, maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata.” (al-Ahzab:36)

Dan firman-Nya, “Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah…” (al-Hasyr:7)

Dan firman-Nya, “Katakanlah, ‘Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.’ Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Ali ‘Imran:31)


NOTE:

* Maksudnya, al-Qur’an adalah ukuran untuk menentukan benar tidaknya ayat-ayat yang diturunkan dalam kitab-kitab yang sebelumnya. (al-Qur’an dan terjemahannya, DEPAG RI)

(SUMBER: Ushuul Fii at-Tafsiir karya Syaikh Muhammad bin ‘Utsaimin, hal.9-11)

23 June 2009

Jadilah Diri Sendiri

Allah swt berfirman,

Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepada-Nya. Maka, berlomba-lombalah kamu (dalam berbuat) kebaikan.
(al-Baqarah [2] : 148)

Dan, Allahlah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi, dan Allah meninggikan kebahagiaanmu atas kebahagiaan (yang lain) beberapa derajat.
(al-An'am [6] : 165)

Sungguh, tiap-tiap suku telah mengetahui tempat minumnya (masing-masing).
(al-Baqarah [2] : 60)

Setiap manusia memiliki kelebihan, watak (tabiat), dan bakat masing-masing. Salah satu kelebihan Rasulullah saw adalah kemampuannya menempatkan sahabat sesuai dengan potensi masing-masing. Ali bin Abi Thalib ditunjuk sebagai hakim, Mu'adz bin Jabal sebagai cendekiawan, Ubay bin Ka'ab sebagai pakar al-Qur'an, Zaid bin Tsabit sebagai ahli Faraidh, Khalid bin al-Walid sebagai panglima perang, Hasan sebagai sastrawan, dan Qais bin Tsabit sebagai juru bicara.

Ada pepatah berkata,
Wewangian di sarung pedang tak ada guna
pedang di tempat wewangian sia-sia

Larut dalam kepribadian orang lain, berarti bunuh diri! Sedangkan memakai baju kepribadian orang lain, berarti membunuh karakter sendiri!

Salah satu tanda kebesaran dan keagungan Allah tercermin pada perbedaan karakter manusia, keragaman bahasa dan warna kulit. Abu Bakar as-Shiddiq dengan sikap santun dan ramah mampu mendatangkan maslahat besar bagi umat dan agama. Di lain sisi, sikap Umar yang keras bisa mengokohkan Islam dalam hati pemeluknya. Syukurilah bakat dan kemampuan yang dikaruniakan Allah kepada Anda. Kembangkan dan ambil keuntungan sebanyak-banyaknya.

Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.
(al-Baqarah [2] : 286)

Meniru dan mengekor kepribadian orang lain, sama artinya dengan memendam bakat yang dikaruniakan Allah, memasung kehendak, dan menafikan hukum keberagaman di alam semesta.